Seminar Dialog Kebangsaan: “Harmoni dalam Keberagaman Mewujudkan Integrasi Bangsa Indonesia”

Jum’at, 13 Oktober 2023, Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum melalui Departemen Pendidikan dan Keilmuan menggelar Seminar Dialog Kebangsaan dengan tema “Harmoni dalam Keberagaman Mewujudkan Integrasi Bangsa Indonesia”. Kegiatan tersebut dilaksanakan di gedung I8 lantai 3 Fakultas Ilmu Sosial dan Hukum UNESA pukul 13.00 WIB sampai dengan 16.00 WIB. Seminar ini dihadiri oleh pemateri yang sangat luar biasa yaitu Bapak Rojil Nugroho Bayu Aji, S.Hum., M.A. selaku Kepala Sub. Direktorat Ideologi, Moderasi Beragama dan Bela Negara, Ibu Dr. Lia Istifhama, M.E.I yang mana adalah seorang Aktivis, Ketua DPD HKTI Jatim, Wakil Sekretaris MUI jatim dan penulis buku. Seminar ini juga dihadiri oleh influencer muda sekaligus content creator yang tidak asing bagi para anak muda yaitu Kadam Sidik. Seminar ini diharapkan memberikan edukasi mengenai pentingnya menjaga integrasi bangsa dengan cara menjadi generasi muda yang bijak menghadapi segala persoalan di kehidupan nyata maupun di dunia maya.
Menurut Bapak Rojil mewujudkan Integrasi yaitu dengan cara membangun semangat nasionalisme generasi muda. Pada pemaparan materi kali ini bapak Rojil mengambil beberapa kutipan dari tokoh-tokoh filsuf . Nasionalisme adalah manifestasi kesadaran berbangsa dan bernegara. Dapat diartikan sebagai paham atau ajaran untuk mencintai negaranya sendiri (Slamet Muljana), prinsip nasionalisme memiliki wujud prestasi yang diperlukan untuk menjadi sumber inspirasi dan kebanggaan bagi warga negara. Dalam komunikasi politik, konsep nasionalisme diterjemahkan melalui simbol-simbol sehingga imaji yang lebih konkrit mudah di populerkan ke masyarakat (Sartono Kartodirdjo ). Kekuatan olahraga, mengembangkan IPTEK, persebaran budaya merupakan simbol dari eksistensi bangsa dalam kejuaraan maupun pertandingan internasional yang bisa dijadikan sebagai wujud nasionalisme. Tantangan bagi generasi muda sendiri yaitu radikalisme yang masuk kampus dan ujaran kebencian. Fanatisme sempit, politik identitas yang segregatif harus dibuang jauh dari negara ini. Generasi z harus bisa memaknai nasionalisme dengan jalan berkarya di bidangnya masing-masing agar berguna bagi bangsa dan negara.
“Peran Pemuda dalam Keberagaman” yang di sampaikan oleh Ibu Lia Istifhama mempunyai beberapa point yaitu pemuda adalah agen untuk mewujudkan budaya damai di tengah keberagaman. “Syubbanul Yaum Rijalul Ghod” pemuda adalah pemimpin hari esok, sudah jelas dikatakan bahwa pemikiran pemuda adalah penentu nasib suatu negara kedepan. Kedua yaitu pemuda di tengah society, pemuda yang mampu melawan kemiskinan kultural akan menimbulkan keamanan, pemuda harus adaptif dan bijak di era digital, tidak mudah terjebak framing dunia maya seperti hoax, cyber bullying, dll. Gagal menyikapi perbedaan disharmonisasi berawal dari kenakalan remaja, hal ini harus diperhatikan dan tidak boleh disepelekan. Disharmonisasi yaitu bentuk tidak terjadinya keselarasan keseluruhan yang di anggap memiliki nilai negatif. Ketiga, Abolisionistik Dhisarmonisasi yaitu internalisasi kemampuan resiliensi melewati masalah hidup, dukungan keluarga, lingkungan sosial sebagai penguat modal sosial, pemuda fokus berkarya dan peran. Kegagalan menerima perbedaan ataupun larut dalam harmoni, isecera signifikan dipengaruhi kesehatan mental, terlebih berpotensi menjadi mental breakdown bahkan mental disorder. Strategi pemuda memiliki peran wujudkan harmon yaitu hargai waktu, bangun karya, bangu bersama, jadikan keragaman jadi potensi hadapi era digital.
Kadam Sidik menyampaikan beberapa poin penting dalam menanggapi media pada masa ini. Kadam menyampaikan keberatan kepada media, tikToker, influencer yang saat ini malah banyak memberitakan keburukan suatu kasus, atau mengelu-elukan sesuatu yang sebenarnya salah bukannya malah memberitakan berita baik atau solusi juga edukasi pada suatu permasalahan yang sedang trending. Hal ini dapat menimbulkan bandwagon effect, orang-orang akan terinspirasi dan ingin melakukan tindakan yang serupa. Misalkan ada orang depresi, stress dan memiliki masalah yang sama seperti orang yang diberitakan bunuh diri, namun tidak ada niatan bunuh diri namun karena di media selalu muncul kasus bunuh diri dan merasa jika apa yang mereka rasakan seperti para korban bunuh diri tersebut, maka mereka ingin melakukan hal yang serupa. Seharusnya yang sering diungah di media yaitu edukasi bagaimana agar tetap kuat dan cara untuk menyembuhkan penyakit mental health . Adanya pemberitaan tidak benar mengatasnamakan agama di sosial media, menimbulkan hal yang fatal, karena bisa saja yang menyampaikan adalah orang-orang yang tidak pernah belajar mengenai ilmu agama. Mereka mengajarkan paham radikal, intoleran, teroris yang dianggap jihad dan semua itu melewati media sosial. Jadi generasi muda perlu menjadi benteng agar kesatuan diantara keberagaman tetap terjaga.